HERBISIDA
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Gulma adalah salah satu
kendala utama dalam memperoleh hasil yang tinggi dalam budidaya padi sawah.
Persaingan gulma dengan padi dalam stadia pertumbuhan hingga masa pematangan
sangat besar sekali pengaruhnya terhadap penurunan hasil panen. Gulma dapat
menurunkan hasil panen karena adanya persaingan antara gulma itu sendiri dengan
padi, dalam pengambilan unsur hara, air dan cahaya. Di samping itu ada beberapa
gulma yang dapat dijadikan tanaman inang oleh hama dan penyakit tanaman padi,
sehingga kalau kita membiarkan gulma tumbuh tanpa dikendalikan, jelas kerugian
akan kita dapatkan termasuk kerugian akibat peledakan hama dan penyakit.
Pengendalian gulma padi
sawah, umumnya sudah dilakukan oleh para petani, baik dengan penggunaan tenaga
manusia (penyiangan tangan) dengan peralatan khusus (landak/gasrok) ataupun
cara kimiawi dengan penggunaan herbisida. Cara pengendalian dengan penyiangan
tangan, sekarang ini sudah jarang sekali dilakukan karena adanya keterbatasan
tenaga penyiang, terlebih-lebih untuk daerah-daerah yang sulit mendapatkan
tenaga kerja. Demikian juga penyiangan dengan alat (landak) di beberapa tempat
juga sudah ditinggalkan mengingat penggunaan alat ini juga memerlukan banyak
tenaga dan kadang-kadang juga bisa mengakibatkan kerusakan pada perakaran padi
yang sedang tumbuh. Dengan adanya kendala-kendala itu, sekarang petani banyak
beralih menggunakan cara lain yang lebih mudah dan efisien.
Pengendalian gulma secara kimia, yaitu dengan penggunaan
herbisida. Pengendalian ini lebih mudah dan efisien dalam penggunaan tenaga
kerja. Namun, perlu diingat, penggunaan herbisida perlu cermat dan bijaksana
agar tidak mencemari lingkungan tanah dan air. Herbisida adalah senyawa atau
material yang disebarkan pada lahan pertanian untuk menekan atau memberantas
tumbuhan yang menyebabkan penurunan hasil panen yang disebabkan oleh gulma.
Berdasarakan cara kerjanya, herbisida terbagi ke dalam herbisida kontak dan
sistemik. Herbisida kontak hanya mematikan bagian gulma yang terkena larutan,
sedangkan bagian yang berada di bawah tanah tidak mati. Herbisida yang bekerja
sistemik (masuk ke dalam jaringan tanaman) efektif unutk mengurangi serangan
gulma yang mempunyai stolon, rimpang, atau umbi yang terpendam dalam tanah.
Contoh herbisida kontak adalah Paraquat, sedangkan Glyphosate adalah contoh
herbisida sistemik.
Ada 3 jenis herbisida berdasarkan waktu penggunaannya,
seperti herbisida pratanam, pratumbuh, dan pascatumbuh. Herbisida pratanam
digunakan sebelum tanaman ditanam untuk mematikan gulma di lahan. Herbisida
pratumbuh digunakan saat tanaman dan gulma belum berkecambah. Penggunaan
herbisida pascatumbuh harus selektif, tergantung jenis tanaman budidaya yang
ditanam dan jenis gulma yang dikendalikan. Aplikasinya pun tidak bisa terlalu
awal karena tanaman muda (berdaun 2-3 atau 4-5 helai) cenderung lebih rentan
terhadap keracunan herbisida.
Keelebihan menggunakan herbisida antara lain Relatif aman
untuk tanaman-tanaman utama dalam situasi dimana kontak dengan solusi
penyemprotan sangat sulit dihindari, Basta dapat mengontrol tanaman liar yang
sulit dikontrol, apalagi apabila masalah tanaman liar ini terjadi karena
penggunaan herbisida jenis onr secara terus menerus, Cocok untuk dipergunakan
di lingkungan pertanian, karena aman bagi lingkungan, Cocok untuk persiapan
pengaturan didaerah yang rawan erosi, Dapat secara mudah diaplikasikan
menggunakan peralatan aplikasi yang sangat sedikit. Sedamgkan kekurangan
menggunakan herbisida antara lain terjadinya suksesi gulma dan terjadi dominansi
gulma yang resisten
1.2 Tujuan
Untuk
mengetahui efektifitas herbisida dalam mengendalikan gulma pada tanaman padi.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Peningkatan produksi dan produktivitas padi perlu terus
diupayakan untuk mengimbangi laju pertambahan penduduk dan pengurangan impor
padi sehingga ketahanan pangan nasional dapat terus dipertahankan. Seperti
halnya tanaman pertanian lainnya, tanaman padi juga tidak bisa terlepas dari
asosiasi dengan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) seperti hama, penyakit, dan
gulma dalam sistem pertanamannya. Organisme pengganggu tanaman tersebut dapat
menyebabkan kerugian hasil padi yang signifikan bila tidak dikendalikan.
Sebagai contoh, gulma menyebabkan persaingan terhadap sumber daya dengan
tanaman padi dan persaingan tersebut dapat menurunkan hasil sampai 82% (Irawati
dkk., 2010).
Sejarah herbisida modern dimulai dengan ditemukannya efek
herbisida dari 2,4- diklorofenoksi asam asetat (lebih dikenal dengan nama
trivialnya, 2,4-D). efek bentuk garam dari 2,4-D pertama kali dikemukakan oleh
Z. M. Zimmerman dan A. E. Hitchcocok pada tahun 1942. Namun, penggunaan 2,4-D
sebagai herbisida pertama kali dilaporkan oleh Marth dan Mitchell pada tahun
1944 untuk mengendalikan gulma di lapangan rumput. Selain itu, pada tahun yang
sama, Hammer dan Tukey menggunakannya untuk mengendalikan gulma dikebun
(Djojosumarto, 2008).
Herbisida merupakan bagian tak terpisahkan dari sistem
budidaya OTK seperti meningkatkan Indek Pertanaman, membantu persiapan lahan
dalam skala luas, menghemat biaya produksi dan akhirnya dapat meningkatkan
pendapatan petani (Irianto dan Johannis, 2011). Penggunaan herbisida yang
meningkat secara signifikan akhir-akhir ini tidak lepas dari usaha memenuhi
permintaan dunia akan pangan, pakan, dan energi terutama biji-bijian.
Peningkatan penggunaan herbisida tersebut diikuti dengan makin meningkatnya
sistem persiapan lahan yang mengacu pada sistem budidaya OTK terutama TOT
(Faqihhudin dkk., 2014).
Berbagai cara pengendalian gulma padi sawah dapat
dilakukan dengan cara manual, mekanis, kultur teknis, maupun kimia. Saat ini,
metode pengendalian yang paling banyak dilakukan adalah secara kimiawi dengan
menggunakan herbisida. Pengendalian kimia dinilai lebih efektif untuk
mengurangi populasi gulma dibandingkan dengan pengendalian lainnya. Penggunaan
herbisida sebagai pengendali gulma mempunyai dampak positif yakni gulma dapat
dikendalikan dalam waktu yang relative singkat dan mencakup areal yang luas (Guntoro
dkk., 2013).
Pengendalian gulma secara manual saat ini menghadapi
masalah kurangnya tenaga kerja di bidang pertanian, sehingga biaya penyiangan
manual semakin mahal. Oleh karena itu, salah satu alternatifnya adalah
pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida. Salah satu herbisida yang
dapat digunakan untuk pengendalian gulma pada pertanaman padi sawah adalah
herbisida berbahan aktif Penoxulam 25,5 g/L. Herbisida ini diharapkan dapat
mengendalikan gulma umum pada tanaman padi sawah pasang surut dengan sistem
tanam tebar benih langsung. Pengujian lapangan efikasi herbisida penoksulam
bertujuan untuk menguji efikasi herbisida penoksulam terhadap gulma umum pada
budidaya tanaman padi sawah (Guntoro dkk.,
2013).
Pengendalian gulma secara terpadu merupakan pengendalian
gulma menggunakan beberapa cara secara bersamaan dengan tujuan untuk
mendapatkan hasil yang optimal. Pasalnya, tidak satu pun teknis pengendalian
gulma di atas yang mampu mengendalikan gulma secara tuntas. Untuk dapat
mengendalikan gulma secara tuntas biasanya dibutuhkan lebih dari satu metode
pengendalian. Pengombinasian metode pengendalian tergantung pada situasi,
kondisi, dan tujuannya. Umumnya, kombinasi metode pengendalian diarahkan agar
mendapatkan interaksi yang positif. Misalnya, perpaduan antara pengolahan tanah
dan penggunaan herbisida, perpaduan jarak tanam dengan penyiangan, dan
perpaduan pemupukan dengan herbisida (Lubis, 2011).
Efektivitas suatu herbisida sangat ditentukan oleh cara
aplikasi dan perhitungan kebutuhan herbisida persatuan luas (. Herbisida yang
sering digunakan dalam program OTK adalah herbisida glifosat isopropylamine salt (C6H17N2O5P) dan paraquat dichloride salt
(C12H14Cl2N2). Tehnik OTK yang dapat diterapkan antara lain adalah tanpa olah
tanah (TOT). Penggunaan herbisida tidak dapat dipisahkan dalam penyiapan lahan
sistem TOT. Gulma yang tumbuh di atas permukaan tanah yang biasanya
dikendalikan dengan cangkul, traktor atau alat mekanisasi lainnya digantikan
dengan penyemprotan herbisida untuk mematikan gulma maupun sisa tanaman yang
masih hidup, yang selanjutnya dimanfaatkan sebagai mulsa dan bahan organik (Adnan
dkk., 2012).
Herbisida pratumbuh dapat mematikan kecambah gulma yang
baru tumbuh, dan dapat tetap aktif di dalam tanah selama periode tertentu,
sehingga tanah akan dapat relative terbebas dari gulma selama periode waktu
tertentu (Parto dkk., 2010).
Penggunaan herbisida bertujuan untuk mendapatkan
pengendalian gulma yang selektif yaitu mematikan gulma tanpa mematikan tanaman
budidaya. Selektivitas herbisida dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
jenis herbisida, formulasi herbisida, volume semprotan, ukuran butiran
semprotan dan waktu pemakaian (pra tanam, pra tumbuh atau pasca tumbuh).
Beberapa herbisida pra tumbuh efektif digunakan untuk mengendalikan gulma,
terutama untuk gulma rumput semusim. Aplikasi kedua dengan dosis yang lebih
rendah terutama diperlukan untuk pengendalian gulma tahunan, terutama untuk
gulma pasca tumbuh (Puspitasari dkk.,
2013).
Beberapa jenis gulma yang spesifik pada tanaman padi mampu
mengakibatkan kehilangan hasil yang sangat besar hingga 100 % di antaranya
Kolomento (Leersia hexandra) 60 %, Jajagoan Lentik (Echinochloa colonum) dan
Lamhani (Paspalum distichum) 85 %, dan Jajagoan (Echinochloa crus-galli) bias
mencapai 100 %. Pemberantasan gulma pada padi sawah dapat dilakukan secara
mekanik dengan penyiangan manual, tetapi kurang efetif karena memerlukan waktu
dan tenaga yang banyak. Untuk pengendalian secara kimiawi sebaiknya menggunakan
senyawa kimia yang selektif untuk menghambat atau mematikan gulma tetapi tidak
mengganggu pertumbuhan tanaman padi. Tanggap atau respon beberapa jenis gulma
terhadap herbisida amat tergantung pada jenis herbisida yang digunakan itulah
yang digolongkan kedalam herbisida selektif atau non selektif. Herbisida
berbahan aktif 2,4 dimetilamina (2,4 D) merupakan jenis herbisida yang selektif
untuk pertanaman padi, bersifat sistemik artinya dapat bergerak dari daun dan
bersama proses metabolisme ikut kedalam jaringan tanaman sasaran. Herbisida
jenis ini mampu mengendalikan gulma berdaun lebar maupun teki-tekian
(cyperaceae), serta beberapa gulma berdaun sempit meski kadang cenderung kurang
efektif (Kadir, 2010).
BAB 3. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Pada pelaksanaan praktikum Aplikasi Pestisida Pertanian
dengan acara “Peralatan Aplikasi dan Kalibrasi” yang dilaksanakan pada Hari
Kamis, tanggal 26 Maret 2015 pukul 06.00
samapai selesai, dilaksanakan di Desa Kreongan, Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1
Alat
1. Timba
plastic
2.
Mangkok plastik
3.
Alat semprot/hand sprayer
4.
Gelas ukur
3.2.2
Bahan
1.
Tanaman padi (areal sawah)
2.
Herbisida saber 720 EC/Weedrol 720 EC, Ally 20
WDG, Ronstar 250 EC
3.
Tanah tegalan
4.
Tanah Sawah
3.3 Cara Kerja
1. Menyiapkan lahan padi sawah
2. Inventarisai gulma sebelum
dan sesudah
3. Menyiapkan herbisida dan alat
semprot
4. Melakukan kalibrasi dan
aplikasi
5. Mengamati dan mencatat jenis
dan persentase gulma yang mati.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1
Tabel Hasil Pengamatan Jumlah Gulma kelompok 1
No
|
Jenis gulma
|
Pengamatan ke
|
Ulangan ke
|
||
1
|
2
|
3
|
|||
1
|
Teki
|
1
|
|
|
|
2
|
Daun lebar
|
|
|
|
|
3
|
Rumput
|
|
|
|
|
1
|
Teki
|
2
|
36
|
6
|
11
|
2
|
Daun lebar
|
-
|
-
|
11
|
|
3
|
Rumput
|
18
|
23
|
12
|
|
1
|
Teki
|
3 (9 April 2015)
|
13
|
-
|
-
|
2
|
Daun lebar
|
-
|
-
|
-
|
|
3
|
Rumput
|
21
|
39
|
22
|
No
|
Jenis gulma
|
Pengamatan ke
|
Ulangan ke
|
||
1
|
2
|
3
|
|||
1
|
Teki
|
1
|
14
|
30
|
-
|
2
|
Daun lebar
|
42
|
60
|
30
|
|
3
|
Rumput
|
7
|
20
|
50
|
|
1
|
Teki
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
Daun lebar
|
-
|
10
|
-
|
|
3
|
Rumput
|
46
|
25
|
16
|
|
1
|
Teki
|
3 (9 April 2015)
|
-
|
-
|
-
|
2
|
Daun lebar
|
-
|
-
|
4
|
|
3
|
Rumput
|
19
|
38
|
22
|
4.1.3 Tabel Pengamatan Populasi Jumlah Gulma
Kelompok 3
No
|
Jenis gulma
|
Pengamatan ke
|
Ulangan ke
|
||
1
|
2
|
3
|
|||
1
|
Teki
|
1
|
108
|
58
|
80
|
2
|
Daun lebar
|
36
|
48
|
52
|
|
3
|
Rumput
|
58
|
60
|
70
|
|
1
|
Teki
|
2
|
6
|
5
|
65
|
2
|
Daun lebar
|
2
|
28
|
22
|
|
3
|
Rumput
|
10
|
18
|
21
|
|
1
|
Teki
|
3 (9 April 2015)
|
-
|
2
|
-
|
2
|
Daun lebar
|
20
|
1
|
14
|
|
3
|
Rumput
|
18
|
5
|
48
|
4.2 Pembahasan
Pada pengamatan aplikasi herbisida pada padi sawah yang
telah dilakukan didapatkan hasil populasi gulma pada kelompok 1 yang
menggunakan herbisida Ally plus didapatkan pada pengamatan ke 1 ulangan 1, 2
dan 3 tidak terdapat jenis gulma berdaun lebar, rumput dan teki. Pada
pengamatan ke 2 pada ulangan 1 didapat teki sebanyak 36 dan rumput sebanyak 18,
pada ulangan 2 terdapat 6 teki dan 23 gulma jenis rumput, dan pada ulangan 3
terdapat 11 gulma jenis teki, 11 gulma berdaun lebar dan 12 jenis rumput. Pada
pengamatan ke 3 ulangan 1 didapat 13 jenis teki dan 21 jenis rumput, pada
ulangan 2 terdapat hanya 39 jenis rumput saja dan pada ulangan 3 juga hanya
terdapat 22 gulma jenis rumput.
Hasil pengamatan populasi gulma pada kelompok 2 yang
menggunakan herbisida DMA didapatkan pada pengamatan ke 1 ulangan 1 terdapat 14
gulma jenis teki, 42 gulma berdaun lebar dan 7 jenis rumput, pada ulangan 2
terdapat 30 teki, 60 berdaun lebar dan 20 rumput dan pada ulangan 3 terdapat 30
gulma berdaun lebar serta 50 jenis rumput. Pada pengamatan ke 2 pada ulangan 1
didapat teki sebanyak 2 dan rumput sebanyak 46, pada ulangan 2 terdapat 2 teki
dan 10 gulma berdaun lebar dan 25 jenis rumput, dan pada ulangan 3 terdapat 2
gulma jenis teki dan 16 jenis rumput. Pada pengamatan ke 3 ulangan 1 19 jenis
rumput, pada ulangan 2 terdapat hanya 38 jenis rumput saja dan pada ulangan 3
terdapat 4 gulma berdaun lebar dan 22 gulma jenis rumput.
Hasil pengamatan populasi gulma pada kelompok 3 dengan
pengendalian mekanik pada pengamatan ke 1 ulangan 1 terdapat 108 gulma jenis
teki, 36 gulma berdaun lebar dan 58 jenis rumput, pada ulangan 2 terdapat 58
teki, 48 berdaun lebar dan 60 rumput dan pada ulangan 3 terdapat 80 teki, 52
gulma berdaun lebar serta 70 jenis rumput. Pada pengamatan ke 2 pada ulangan 1
didapat teki sebanyak 6, 2 berdaun lebar dan rumput sebanyak 10, pada ulangan 2
terdapat 5 teki, 28 gulma berdaun lebar dan 18 jenis rumput, dan pada ulangan 3
terdapat 65 gulma jenis, 22 berdaun lebar teki dan 21 jenis rumput. Pada
pengamatan ke 3 ulangan 1 terdapat 20 berdaun lebar dan 18 jenis rumput, pada
ulangan 2 terdapat 2 gulma teki, 1 gulma berdaun lebar dan 5 rumput dan pada
ulangan 3 terdapat 14 gulma berdaun lebar dan 48 gulma jenis rumput.
Dapat dibandingkan dari hasil kelompok 1 yang menggunakan
herbisida Ally plus dan kelompok 2 yang menggunakan herbisida DMA hasil gulma
nya ditemukan lebih sedikit dari pada gulma yang dikendalikan secara mekanik
pada pengamatan 1 dan 2, tetapi pada pengamatan ke 3 jumlah gulma yang lebih
sedikit terdapat pada pengendalian gulma yang mekanaik karena pada
penggunaan Ally plus dan DMA sudah
mengalami sedikit resisten sehingga gulma semakin banyak. Selain itu aplikasi
gulma yang tidak merata juga mempengaruhi jumlah yang tumbuh tiap harinya,
dosis yang semakin banyak digunakan juga dapat berpengaruh.
Dalam
praktikum ini, digunakan dua jenis herbisida yaitu herbisida selektif berupa
DMA 6 dan herbisida non selektif berupa Ally plus. Herbisida selektif adalah herbisida yang hanya
dapat mematikan atau menghambat jenis – jenis gulma tertentu dan tidak
berpengaruh terhadap jenis – jenis gulma lainnya. Pada umumnya jenis herbisida
selektif ini dapat mematikan guma berdaun lebar dan juga berdaun sempit.
Contohnya adalah MCPA dan Dalapon. Sehingga penggunaan herbisida selektif di
perkirakan tidak mengganggu dari pertumbuhan tanaman budidaya karena hanya
mematikan gulma saja. Cara penyemprotannyya pun dapat lebih leluasa karena
tidak mematikan bagi tanaman budidaya. Keuntungan dalam penggunaan herbisida
selektif yaitu tidak membunuh tanaman budidaya apabila tersemprot herbisida.
Akan tetapi kekurangan dari herbisida ini adalah membutuhkan waktu yang lebih
lama untuk bereaksi dibandingkan dengan herbisida non selektif.
Herbisida
non selektif adalah herbisida yang dapat mematikan hampir semua jenis tanaman
yang terkena herbisida. Oleh sebab itu herbisida non selektif juga dapat
menyebabkan kerusakan pada tanaman budidaya apabila digunakan secara tidak
beraturan dalam pengaplikasiannya. Oleh sebab itu agar tidak berdampak negative
pula bagi tanaman yang dibudidayakan maka perlu adanya ketrampilan dalam
penyemprotan agar herbisida tepat sasaran. Keuntungan penggunaan herbisida non
selektif yaitu lebih cepat dalam menunjukkan reaksi saat diaplikasikan. Saat
pagi disemprot herbisida, sore harinya sudah tampak gejala yang disebabkan oleh
penyemprotan tersebut. Kelemahannya yaitu apabila tanaman budidaya tersemprot
juga dapat mengakibatkan kerusakan pula pada tanaman budidaya.
Herbisida terdiri dari 2 kata yakni herbi (herb) yang
berarti tanaman atau tumbuhan dan sida (cide) yang berarti asam atau racun.
Sehingga secara bahasa herbisida dapat diartikan sebagai racun tanaman. Secara
istilah, herbisida adalah suatu senyawa kimia baik senyawa oganik maupun
anorganik yang dapat digunakan untuk mengendalikan atau menekan pertumbuhan
gulma. Berdasarkan seletivitasnya, herbisida dibagi menjadi 2 kelompok yakni :
a.
Herbisida selektif (spektrum sempit) adalah
herbisida hanya mampu mematikan gulma dari golongan atau jenis tertentu saja.
b.
Herbisida non-selektif (spektrum luas atau broad
spectrum atau general weed killer) adalah herbisida yang mampu mematikan gulma
hampir untuk semua golongan atau jenis.
Terdapat dua tipe herbisida menurut aplikasinya: herbisida
pratumbuh (preemergence herbicide) dan herbisida pascatumbuh (postemergence
herbicide). Yang pertama disebarkan pada lahan setelah diolah namun sebelum
benih ditebar (atau segera setelah benih ditebar). Biasanya herbisida jenis ini
bersifat nonselektif, yang berarti membunuh semua tumbuhan yang ada. Yang kedua
diberikan setelah benih memunculkan daun pertamanya. Herbisida jenis ini harus
selektif, dalam arti tidak mengganggu tumbuhan pokoknya.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum
yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1.
Persaingan gulma dengan padi dalam stadia
pertumbuhan hingga masa pematangan sangat besar sekali pengaruhnya terhadap
penurunan hasil panen.
2.
Herbisida
merupakan suatu senyawa kimia baik senyawa oganik maupun anorganik yang dapat
digunakan untuk mengendalikan atau menekan pertumbuhan gulma. Penggunaan
herbisida terdapat keuntungan dan kelemahannya.
3.
Berdasarkan
selektivitasnya, herbisida dibedakan menjadi dua yaitu herbisida selektif
(spektrum sempit) dan herbisida non-selektif (spektrum luas atau broad spectrum
atau general weed killer).
4.
Herbisida selektif merupakan herbisida yang
membunuh gulma saja tanpa merusak tanaman yang dibudidayakan.
5.
Dalam aplikasi herbisida sebaiknya dilakukan
kalibrasi terlebih dahulu agar dapat
efisien dalam penggunaannya.
6.
Herbisida non selektif membutuhkan jeda waktu
cukup lama agar reaksinya tampak.
5.2 Saran
Sebaiknya praktikan memperhatikan semua cara cara
dalam kalibrasi herbisida sehingga pada saat aplikasi dosis yang digunakan
tidak melebihi, selain itu harus mengikuti aturan yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, Hasanuddin dan Manfarizah. 2012. Aplikasi Beberapa
Dosis Herbisida Glifosat dan Paraquat pada Sistem Tanpa Olah Tanah (Tot) Serta
Pengaruhnya Terhadap Sifat Kimia Tanah, Karakteristik Gulmadan Hasil Kedelai. Agrista, 16(3).
Djojosumarto, Panut. 2008. Pestisida Dan Aplikasinya. Jakarta : Agro Media Pustaka.
Faqihhudin, M. D., Haryadi dan Heni P. 2014.
Penggunaan Herbisida IPA-Glifosat terhadap Pertumbuhan, Hasil dan Residu pada
Jagung. Ilmu pertanian, 17(1) : 1-12.
Guntoro, D., Karlin A. dan Yursida. 2013. Efikasi
Herbisida Penoksulam pada Budidaya Padi Sawah Pasang Surut untuk Intensifikasi
Lahan Suboptimal. Lahan Suboptimal,
2(2) : 144-150.
Guntoro, D. dan Trisnani Y. F. 2013. Aktivitas
Herbisida Campuran Bahan Aktif Cyhalofop-Butyl dan Penoxsulam terhadap Beberapa
Jenis Gulma Padi Sawah. Bul. Agrohorti,
1(1) : 140-148.
Irawati, Dheny A. S. dan Deswita W. P. 2010.
Penyuluhan Penggunaan Pestisida Nabati di Jorong Kapuh, Nagari Sumani,
Kabupaten Solok. Warta Pengabdian Andalas,
16(25).
Kadir, Muhammad. 2007. Efektivitas Berbagai Dosis Dan
Waktu Aplikasi Herbisida 2,4 Dimetilamina Terhadap Gulma Echinocloa colonum, Echinocloa
cruss-galli, Dan Cyperus iria
Pada Padi Sawah. Agrisistem, 3(1) :
43-44.
Lubis, Rustam Effendi dan Agus Widanarko, SP. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. Jakarta : Agro
Media Pustaka.
Parto Y., Yernelis S. dan Teguh A. 2010. Pengaruh
Penggunaan Pupuk Urea dan Aplikasi Herbisida Pra-tumbuh terhadap Pertumbuhan
Bibit Karet (Hevea brasiliensis
Muell.Arg.) dan Gulma di Pembibitan. Agrovigor,
5(2) : 94-102.
Puspitasari, K., Husni T. S. dan Bambang G. 2013. Pengaruh
Aplikasi Herbisida Ametrin dan 2,4-D dalam Mengendalikan Gulma Tanaman Tebu (Saccharum Officinarum L.). Produksi Tanaman, 1(2) : 72-80.
Komentar
Posting Komentar